Analisis itu membuktikan bahwa pohon lebih sensitif terhadap semakin menghangatnya suhu musim semi dibandingkan semak belukar sebagaimana yang diperkirakan. Semak belukar justru lebih dipengaruhi oleh akumulasi suhu dingin dibandingkan pepohonan. Sejak 1990, pemanasan iklim telah mendorong pertumbuhan pohon di treeline alpin, sedangkan semak belukar tidak menunjukkan respons signifikan terhadap menghangatnya suhu.
Tim peneliti mengatakan bahwa dengan latar belakang pemanasan global, laju menghangatnya suhu di dataran tinggi secara signifikan lebih tinggi dibandingkan di dataran rendah. Hal ini akan memperpendek musim tumbuh untuk semak belukar tetapi memperpanjang musim tumbuh bagi pepohonan. Ketidaksesuaian pertumbuhan tersebut dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi pohon dibandingkan semak belukar dengan meningkatkan pertumbuhan, perolehan karbon, serta ketersediaan sumber daya, yang berpotensi menyebabkan pergeseran treeline semakin ke atas di daerah pegunungan yang dingin.