Selama hampir setengah abad, banyak negara berpenghasilan rendah berhasil menutup kesenjangan dengan negara kaya. Kemajuan teknologi dan perdagangan mendorong peningkatan kesehatan, pendidikan, dan pendapatan.
Laporan tersebut memperingatkan bahwa AI dapat mengikis konvergensi itu tanpa intervensi kebijakan inklusif. Risiko tersebut semakin besar jika negara tidak mengembangkan kesiapan digital yang memadai.
Kesiapan digital negara di kawasan ini masih sangat beragam. Beberapa negara telah berinvestasi besar pada infrastruktur dan keterampilan AI.
Negara lain masih berupaya memperkuat akses dasar dan literasi digital. Perbedaan tersebut membatasi kemampuan mereka memanfaatkan manfaat AI secara optimal.
Keterbatasan infrastruktur, keterampilan, dan kapasitas komputasi menambah tekanan bagi negara yang tertinggal. Risiko seperti hilangnya pekerjaan dan eksklusi data ikut meningkat.
Sistem AI juga menaikkan kebutuhan energi dan air yang semakin besar. Situasi ini memperkuat tantangan terkait keberlanjutan dan tata kelola yang bertanggung jawab.
“Kemajuan AI harus berjalan seiring dengan penggunaan sumber daya alam yang bertanggung jawab,” ujar Sara Ferrer Olivella, Kepala Perwakilan UNDP Indonesia. “Ketika kebutuhan air dan energi meningkat, kita tidak boleh mengorbankan kelestarian bumi.”
