Namun, rencana serangan baru ini memicu kontroversi di kalangan petinggi militer Israel.
Kepala militer Israel Eyal Zamir mengatakan kepada para menteri dalam sebuah rapat kabinet keamanan pada Senin pagi waktu setempat bahwa, menurut penilaian militer itu, operasi baru tersebut "akan membahayakan nyawa para sandera," lansir stasiun televisi milik pemerintah Israel, Kan TV News.
Nitzan Alon, koordinator militer Israel untuk urusan sandera, juga menyuarakan kekhawatiran serupa. Menurut saluran berita Israel Channel 12 News, Alon juga mengatakan kepada para menteri bahwa serangan itu "membahayakan para sandera."
Semakin kuat serangan militer, "para militan menjadi semakin kejam, melampiaskan rasa frustrasi mereka kepada para sandera," ujar Alon.
Sebelumnya pada hari yang sama, seorang pejabat senior keamanan Israel mengatakan kepada Xinhua bahwa Israel memberikan "peluang kesempatan" kepada Hamas hingga pertengahan Mei untuk mencapai kesepakatan pembebasan sandera sebelum mengimplementasikan rencana operasi yang baru saja disetujui itu.
"Ada peluang untuk mencapai kesepakatan pembebasan sandera ... sebelum berujung pada kunjungan Presiden Amerika Serikat (Donald) Trump ke kawasan ini," kata pejabat senior Israel itu. Trump diperkirakan akan melakukan kunjungan ke Timur Tengah dari 13 hingga 16 Mei, dengan rencana akan singgah di Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab, kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt kepada awak media.