Beranda Jalan-jalan Sajian Akulturasi Khas Cirebon di Semangkuk Empal Gentong

Sajian Akulturasi Khas Cirebon di Semangkuk Empal Gentong

Mengutip laman KBBI, kata “empal” merujuk pada daging yang dipotong pipih kemudian direbus dan dibumbui lalu digoreng

0
istimewa

CARAPANDANG - Menginjakkan kaki di Cirebon kurang lengkap kalau belum makan empal gentong. Sajian olahan daging khas kota Udang ini, kini dapat dinikmati di berbagai kota besar Indonesia. Namun mencicipi empal gentong langsung di Cirebon tentu memberikan pengalaman yang berbeda.

Sekilas empal gentong terlihat seperti soto karena warna kuah kuningnya. Meski berasal dari Cirebon, empal gentong bukanlah kuliner asli Cirebon.

Mengutip laman KBBI, kata “empal” merujuk pada daging yang dipotong pipih kemudian direbus dan dibumbui lalu digoreng. Sedangkan bagaimana daging sapi itu diolah, empal gentong merupakan hasil perpaduan budaya Jawa, Arab, India dan juga Cina.

Kuah kental seperti gulai merupakan hasil akulturasi budaya masakan Arab dan India. Sedangkan penggunaan jeroan merupakan merujuk pada bahan makanan khas Tionghoa. Citarasa khas Nusantara hadir lewat bumbu dan rempah yang digunakan.

copy-of-dsc03993-scaled

Nieza (2009:10) dalam Jalan-jalan ke Cirebon menjelaskan daging yang sudah dipotong kemudian dimasak dengan bumbu dan rempah pilihan dalam “gentong”, wadah masak besar yang terbuat dari tanah liat. Kuali tanah liat pada waktu itu digunakan karena perkakas seperti besi atau stainless steel belum umum seperti sekarang. Proses memasaknya pun menggunakan api dari kayu pohon asam untuk menjaga tekstur daging dan citarasa. Dibutuhkan kurang lebih lima jam untuk mengolah makanan dengan rasa gurih, manis dan pedas ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here