CARAPANDANG - Setelah serangan Israel memaksa banyak anak-anak di Jalur Gaza meninggalkan rumah dan sekolah mereka, Intisar al-Arabid, seorang guru asal Palestina yang tinggal di Gaza, meluncurkan inisiatifnya untuk mengajar para murid pengungsi di tempat penampungannya yang terletak di sebelah selatan Kota Rafah.
"Karena tidak bisa bersekolah, para murid mengalami stres karena harus melalui situasi mengerikan akibat operasi militer yang sedang berlangsung di Gaza," kata guru matematika berusia 45 tahun itu.
"Akibat kurangnya rasa aman, beberapa anak mulai berperilaku negatif seperti kekerasan, terutama mereka yang tinggal di kamp pengungsian," ujarnya.
Serangan Israel telah menewaskan 24.927 warga Palestina di Jalur Gaza per Sabtu (20/1), demikian menurut Kementerian Kesehatan yang berbasis di Gaza. Selain itu, banyak bangunan sipil, rumah sakit, perguruan tinggi, dan sekolah di Gaza yang semuanya hancur akibat serangan tersebut.
"Pemerintah Israel ingin menghancurkan semua aspek kehidupan di Gaza dan menjadikannya tidak stabil. Anak-anak kami kehilangan seluruh hak asasi mereka di Gaza, termasuk hak mereka untuk hidup, pendidikan, dan bermain," kata Samah al-Masri, seorang wanita pengungsi Gaza.