Guru masa depan adalah entitas digital pedagogis: fasilitator pembelajaran, pembimbing etika teknologi, dan inovator metode daring. Pemerintah perlu melibatkan perguruan tinggi, komunitas teknologi, organisasi profesi guru, serta mitra edutech dalam membangun ekosistem pelatihan yang kokoh. Termasuk para pendidik nonformal, yang selama ini sering terabaikan, harus diberi peran dan pelatihan setara.
Bagi guru, kurikulum digital ini membuka peluang bertransformasi dari pengajar menjadi kreator. Mereka bisa merancang modul digital, membangun platform belajar daring, bahkan menciptakan aplikasi edukasi. Bagi siswa, ini adalah jalan menuju masa depan profesi baru: pengembang AI, desainer perangkat lunak, analis data, atau wirausahawan digital.
Dunia industri pun tak boleh tinggal diam. Sektor swasta adalah arena utama di mana teknologi berkembang dan keterampilan diuji. Keterlibatan mereka dalam menyusun kurikulum, membuka magang, dan memberi insentif pelatihan akan mempercepat proses adaptasi. Pemerintah dapat mendorong sinergi ini lewat kebijakan fiskal dan program tanggung jawab sosial (CSR) yang terarah.
Tak kalah penting, peran keluarga dan masyarakat juga menentukan. Orang tua, meski tidak berlatar digital, tetap bisa menjadi pendamping aktif yang membimbing nilai, etika, dan kedisiplinan dalam penggunaan teknologi. Khan (2024) menekankan bahwa ekosistem rumah tangga digital adalah pilar keberhasilan pendidikan abad ke-21.