CARAPANDANG - Sebuah studi baru yang diterbitkan di Molecular Psychiatry menunjukkan algoritma pembelajaran mesin kecerdasan buatan (AI) baru yang dikembangkan oleh Universitas Tokyo dan rekan penelitian mereka yang dapat memprediksi risiko psikosis dari gambar otak.
Ditulis laman Psychology Today, Sabtu (17/2), Institut Kesehatan Mental Nasional (NIMH) mendefinisikan psikosis sebagai serangkaian gejala seperti delusi, keyakinan salah, dan halusinasi, yang memengaruhi kontak seseorang dengan kenyataan.
Deteksi dini psikosis sering kali memberikan hasil pemulihan yang lebih baik, menurut NIMH. Oleh karena itu, memiliki cara untuk memprediksi timbulnya psikosis sebelum seseorang mengalami episode psikotik menggunakan pembelajaran mesin AI dapat meningkatkan hasil pasien.
“Paradigma risiko tinggi klinis (CHR) digunakan secara luas dengan tujuan meningkatkan deteksi dini dan pencegahan gangguan psikotik,” tulis penulis koresponden dan Associate Professor Universitas Tokyo Shinsuke Koike, Ph.D., bersama dengan rekan penelitiannya dari 21 institusi dari Jepang, Spanyol, Jerman, Inggris, Italia, Norwegia, Swedia, Denmark, Amerika, Kanada, Tiongkok, Korea Selatan, Swiss, Rusia, Singapura, dan Belanda.