Kinerja yang tertekan ini menjadi kelanjutan dari tren yang telah terlihat sepanjang 2024, di mana laba bersih tahunan Shell turun 17%, juga akibat dari harga minyak yang terus melemah. Untuk menjaga profitabilitas, Shell bersama pesaing utamanya seperti BP, telah mulai menarik diri dari sejumlah komitmen iklim dan berfokus kembali pada sektor minyak dan gas.
Tahun lalu, Shell mengumumkan bahwa mereka tidak lagi akan memimpin pengembangan proyek-proyek angin lepas pantai (offshore wind) baru. Strategi ini menandai perubahan signifikan dari fokus sebelumnya yang lebih pro-lingkungan dan transisi energi.
Di sisi lain, BP-salah satu kompetitor utama Shell-juga melaporkan hasil yang tidak menggembirakan minggu ini. Perusahaan tersebut mencatatkan penurunan laba bersih hingga 70% pada kuartal pertama, hanya meraih US$687 juta. Penurunan tersebut sebagian besar disebabkan oleh melemahnya penjualan gas dan margin penyulingan yang lebih rendah.