"Sekarang tiba-tiba beralih dari dua pemotongan suku bunga yang sudah diperhitungkan, yang menyebabkan aksi jual emas, sekarang muncul kembali kemungkinan tiga pemotongan suku bunga dalam kebijakan yang lebih akomodatif, tetapi masih terlalu dini untuk mengatakannya," tabah Streible.
Emas batangan turun 0,9% minggu lalu setelah "dot plot" The Fed pada hari Rabu menunjukkan hanya dua pemotongan suku bunga sebesar 25 bps pada 2025, yebih sedikit dari yang diproyeksikan pada September.
Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang untuk memegang emas, yang tidak menghasilkan bunga apa pun.
"Dengan permintaan fisik yang bertahan pada level terendah saat ini, ini berarti kita kini menuju tahun 2025 dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed yang relatif rendah, sesuatu yang dapat memicu kenaikan emas jika ketakutan inflasi berakhir menjadi berlebihan, yang memungkinkan The Fed memiliki lebih banyak keluwesan," menurut catatan J.P. Morgan.
Di luar melemahnya dolar AS pada pekan lalu, sejarah menunjukkan harga emas memang selalu naik menjelang Natal. Bahkan, di saat dunia masih ditimpa kekhawatiran akibat Covid-19 pada 2021. Dalam 10 tahun terakhir sepekan menjelang Natal, harga emas menguat delapan kali dan hanya dua kali yang melemah.