Jazaul Ikhsan, dosen teknik sipil di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, mengatakan bahwa rentetan insiden banjir ini, yang terjadi hampir bersamaan, merupakan hasil dari kombinasi cuaca ekstrem dan intervensi manusia melalui perencanaan ruang yang tidak adaptif.
Hujan lebat memang menjadi pemicu awal, tetapi kerusakan pada daerah aliran sungai, sistem drainase yang tidak memadai, dan perubahan penggunaan lahan turut memperparah dampak kerusakan. Beberapa indikator teknis menunjukkan bahwa infrastruktur pengendalian banjir tidak memadai untuk kondisi iklim saat ini, kata Ikhsan.
Hijrah Saputra, dosen manajemen bencana di Universitas Airlangga Indonesia, mengungkapkan bahwa sistem peringatan dini belum menjangkau desa-desa terpencil, perencanaan ruang belum teratur, dan rehabilitasi lingkungan masih bersifat sporadis.
"Jika kita ingin mencegah jatuhnya banyak korban di masa depan, maka ketahanan harus dibangun melalui perencanaan ruang, ekologi daerah aliran sungai, dan sistem peringatan dini yang terintegrasi secara regional," katanya.
Hingga saat ini, belum cukup tersedia pelatihan publik atau panduan yang tepat untuk membantu masyarakat memahami cara melaksanakan rencana darurat, menurut Pakar lingkungan dan kesehatan Thailand Sonthi Kotchawat.
Sayangnya, peringatan akan potensi banjir diumumkan terlambat, ujar seorang ilmuwan dari Universitas Kasetsart Thailand dalam sebuah artikel yang diterbitkan di media lokal.