CARAPANDANG.COM -- Meskipun Perang Dunia II berakhir 80 tahun silam, luka dari konflik tersebut masih terasa, dan tindakan yang terus dilakukan oleh beberapa pejabat pemerintah Jepang yang menolak untuk mengutuk kejahatan yang dilakukan pasukan mereka pada masa itu kembali membuka luka lama.
Kunjungan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi ke Pemakaman Jepang di Kuala Lumpur di sela-sela pertemuan yang berkaitan dengan ASEAN pada akhir Oktober lalu menjadi contoh dari hal ini.
Setelah kunjungan itu, Takaichi menulis dalam bahasa Jepang di platform media sosial X bahwa dia berkesempatan untuk mengenang "nenek moyang yang kehilangan nyawa di Malaysia" dan merasa "sangat terharu" karena pengalaman tersebut. Dalam unggahannya, dia tidak menyinggung tindakan agresi dan kejahatan yang dilakukan oleh militer Jepang selama Perang Dunia II di negara tersebut, yang memicu kecaman keras di Malaysia.
Di antara para kritikus, Danny Wong Tze Ken, profesor sejarah di Universiti Malaya dan sejarawan terkemuka, menulis bahwa pandangan ultrakonservatif dan revisionis Takaichi tentang kejahatan yang dilakukan oleh Tentara Kekaisaran Jepang di Asia sama sekali tidak dapat diterima, dan berlawanan dengan sikap yang diambil oleh para pemimpin Jepang sebelumnya.