Bagaimana tidak, mengajar anak-anak di pulau atau yang akrab di sebut daerah hinterland tidaklah mudah. Watak yang keras karena didikan orang tua yang kurang paham dengan literasi pendidikan, sikap dan sifat yang telah mendarah daging, serta keinginan belajar yang minim membuat Zul dan para guru harus memutar otak mencari cara bagaimana mengimplementasikan berbagai kurikulum yang kerap berubah agar anak-anak di sekolah dapat memahami, mengerti, melaksanakan dan mengubah mindset mereka.
Berangkat dari Guru Honorer
Zulfanhadi, sebelum merasakan bangku Kepala Sekolah, menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) seperti sekarang ini, dia mengalami berbagai kisah perjuangan yang luar biasa.
Zul memulai karir sebagai guru honorer (guru pembantu) di SMP Negeri 13 Batam selama 2 tahun pada tahun 2002 silam. Kemudian, dia mengikuti tes guru honorer daerah pada tahun 2003, dinyatakan lulus dan mulai bertugas di SMP Negeri 18 Kota Batam yang terletak di Jalan Pelajar, Sembulang, Kota Batam.
Alumni SMP Negeri 1 Tanjungpinang ini merasakan mengajar antar pulau selama kurang lebih 7 tahun. Menyeberangi lautan untuk mengajar merupakan pekerjaan yang biasa baginya. Tinggi gelombang sudah tidak dihiraukan, makan atau tidak pun bukan menjadi masalah asalkan dia dapat memberikan ilmu kepada anak-anaknya.
“Karena dulu honorer gaji kecil, cuma Rp200 ribu, kadang siang makan, malam tidak. Jauh dari keluarga, tinggal sendiri demi melaksanakan tugas, banyaklah perjuangannya,” ujar Zul.