Pilihan lainnya adalah koordinasi internasional untuk menghentikan kenaikan dolar. Awal dari hal ini terlihat pada tanggal 16 April, ketika menteri keuangan Amerika, Jepang, dan Korea Selatan menyatakan keprihatinannya terhadap kemerosotan yen dan won.
Dolar, China, dan Pemilu AS
AS akan melaksanakan pemilihan umum (pemilu) pada tahun ini. Baik Partai Demokrat maupun Republik bertekad untuk mempromosikan manufaktur Amerika.
Namun tugas itu akan sulit. Dolar yang tinggi tidak akan dapat membendung impor yang tinggi dari negara-negara seperti China.
Sebagian pihak menilai China tidak akan berbuat begitu banyak. Menurut Goldman Sachs, China mengalami arus keluar valuta asing sebesar US$ 39 miliar pada bulan Maret karena investor meninggalkan negara tersebut akibat perekonomian yang lesu.
Yuan terus melemah terhadap dolar sejak awal tahun, dan lebih cepat sejak pertengahan Maret, sejak dolar meningkat dari 7,18 yuan menjadi 7,25 yuan. Bank of America memperkirakan akan mencapai 7,45 pada bulan September, ketika kampanye pemilu Amerika sedang berlangsung.
Hal ini akan menempatkan yuan pada posisi terlemahnya sejak tahun 2007, sehingga memberikan dorongan bagi upaya ekspor terbaru pemerintah China. Kendaraan listrik China yang murah mungkin akan menjadi lebih murah lagi, sehingga membuat pusing para politisi Amerika.
Pendukung kebijakan proteksionis di AS kemungkinan akan mengabaikan tekanan atas mata uang sekutunya, setidaknya untuk sementara waktu.