Beranda Feature Eropa Alami Musim Panas Terpanas yang Picu Kerugian Pertanian dan Peningkatan Kasus Kematian

Eropa Alami Musim Panas Terpanas yang Picu Kerugian Pertanian dan Peningkatan Kasus Kematian

Sejumlah wisatawan menyejukkan diri saat gelombang panas melanda di Dubrovnik, Kroasia, pada 9 Juli 2024. (Xinhua/PIXSELL/Grgo Jelavic)

0
Xinhua

Data tersebut juga menunjukkan bahwa bulan Agustus 2024 tercatat 1,51 derajat Celsius lebih hangat dibanding level praindustri (1850-1900), menandai kali ke-13 dalam 14 bulan terakhir rata-rata suhu permukaan global melampaui 1,5 derajat Celsius di atas level praindustri, sebuah ambang batas krusial yang ditetapkan oleh Perjanjian Paris (Paris Agreement).

   

Sementara itu, data dari awal tahun berjalan hingga saat ini (year-to-date) menunjukkan bahwa 2024 akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat, dengan rata-rata suhu global pada Januari hingga Agustus 0,7 derajat Celsius di atas rata-rata untuk periode 1991-2020, angka tertinggi yang tercatat untuk periode ini.


Para petugas pemadam kebakaran terlihat di sebuah lokasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Varnavas, sekitar 35 kilometer dari Athena, Yunani, pada 11 Agustus 2024. (Xinhua/Marios Lolos)

   

C3S menekankan bahwa rata-rata anomali suhu untuk sisa tahun ini harus turun setidaknya 0,3 derajat Celsius agar tahun 2024 tidak melampaui 2023 sebagai tahun terpanas, meski berdasarkan data historis hal ini kemungkinan besar tidak akan terjadi.

   

"Dalam tiga bulan terakhir pada 2024, dunia telah mengalami bulan Juni dan Agustus terpanas, hari terpanas yang pernah tercatat, dan musim panas boreal terpanas yang pernah tercatat. Rangkaian rekor suhu ini meningkatkan kemungkinan bahwa 2024 akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat," kata Wakil Direktur C3S Samantha Burgess.

   

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here