Eskalasi ini terjadi hanya beberapa jam setelah Hezbollah merilis surat terbuka yang menolak segala bentuk negosiasi politik dengan Israel, menyatakannya tidak menguntungkan kepentingan nasional Lebanon. Koresponden Al Jazeera di Beirut, Zeina Khodr, melaporkan bahwa serangan Israel ini dipandang sebagai pesan balasan kepada Hezbollah.
Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) menyatakan keprihatinan serius, menegaskan bahwa serangan-serangan semacam ini mengancam keselamatan warga sipil dan mengganggu stabilitas kawasan. Sementara itu, pesawat tempur Israel juga dilaporkan terbang rendah di atas pinggiran kota selatan Beirut, sebuah tindakan yang sering dianggap sebagai intimidasi.
Lebanon dan Israel secara teknis masih dalam keadaan perang. Komunikasi antara kedua negara saat ini hanya dilakukan melalui mekanisme pemantauan PBB dengan perantara Prancis dan Amerika Serikat, tanpa adanya dialog langsung. Situasi terbaru ini mengancam kembali memicu siklus kekerasan yang lebih luas di kawasan tersebut.