Dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi, Abu Obeida, juru bicara Brigade al-Qassam, mengatakan bahwa gerakan tersebut telah mengajukan tawaran itu beberapa kali dalam beberapa bulan terakhir, namun pemerintah Israel "menolak usulan tersebut."
Obeida menuduh Israel telah melanggar perjanjian gencatan senjata sebelumnya dan melanjutkan serangan militer di Gaza selama empat bulan terakhir.
Menyebut bahwa Hamas siap untuk "konfrontasi yang berlarut-larut," dia mengatakan strategi kelompok itu saat ini berfokus pada menimbulkan kerugian pada pasukan Israel, melancarkan serangan-serangan yang berdampak besar, dan berusaha menangkap lebih banyak lagi tentara.
Menurut Obeida, sejumlah upaya penculikan telah dilakukan dalam beberapa pekan terakhir.
Dia juga mengkritik apa yang dia sebut sebagai "sikap diam dan keterlibatan" dari beberapa pemerintah negara Arab dan Islam, serta meminta para pemimpin dan cendekiawan muslim untuk memikul tanggung jawab atas krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung.
Obeida menambahkan bahwa jika putaran negosiasi saat ini gagal, Hamas mungkin tidak akan kembali ke proposal pertukaran parsial sebelumnya.
Sejak Israel melanjutkan kampanye militernya di Gaza pada 18 Maret lalu, setidaknya 7.843 warga Palestina tewas dan 27.933 lainnya mengalami luka-luka. Dengan demikian, jumlah korban jiwa di Gaza sejak konflik pecah pada Oktober 2023 melampaui 58.660 orang, dan lebih dari 139.970 lainnya terluka, menurut data yang dirilis oleh otoritas kesehatan di Gaza.
Hamas Tawarkan Kesepakatan Komprehensif Bebaskan Semua Sandera Israel
Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, pada Jumat (18/7) mengatakan bahwa Hamas telah mengajukan kesepakatan komprehensif untuk membebaskan semua sandera Israel yang ditahan di Gaza