Beranda Ekonomi Kiamat Baru Negara Berkembang: Ramai-Ramai Gagal Bayar Utang

Kiamat Baru Negara Berkembang: Ramai-Ramai Gagal Bayar Utang

Kekurangan likuiditas yang berbahaya dapat terjadi di kelompok negara itu. Hal ini dapat menghambat pembangunan, menghambat mitigasi perubahan iklim, dan memicu ketidakpercayaan terhadap pemerintah dan lembaga-lembaga Barat.

0
Ilustrasi | Istimewa

Bank-bank pembangunan juga sudah berusaha keras untuk bekerja sama guna memaksimalkan pinjaman. Seperti Bank Pembangunan Inter-Amerika dan Bank Pembangunan Afrika sedang berada di tengah-tengah kampanye global untuk membuat negara-negara menyumbangkan aset cadangan IMF mereka, yang disebut "hak penarikan khusus", yang menurut mereka dapat mengubah setiap US$1 yang disumbangkan menjadi US$8 dalam bentuk pinjaman.


Negara Maju yang Juga "Kere"

Namun, Bank Dunia dan yang lainnya masih berjuang untuk meyakinkan negara-negara barat agar mengeluarkan lebih banyak uang tunai untuk meningkatkan pinjaman mereka. Masalah anggaran dalam negeri di negara maju menjadi alasan.

Prancis misalnya, terlilit utang dan berencana memangkas bantuan luar negeri sebesar 1,3 miliar euro. Ini juga menyusul pemangkasan yang sama, yang dilakukan pemerintah Inggris di era PM Rishi Sunak.

Sementara itu, diplomat ekonomi utama Departemen Keuangan AS menyerukan beberapa cara baru untuk menyediakan dukungan likuiditas jangka pendek bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah guna mencegah krisis utang. Salah satunya dengan Global Sovereign Debt Roundtable, sebuah inisiatif yang mempertemukan perwakilan dari berbagai negara, pemberi pinjaman swasta, Bank Dunia, dan G20- untuk mencoba mengatasi masalah tersebut.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here