Beranda Berita Menag: Jangan Ambil Keputusan dalam Keadaan Emosi

Menag: Jangan Ambil Keputusan dalam Keadaan Emosi

Keputusan yang dibuat secara emosional cenderung berfokus pada penyelesaian masalah sesaat.

0
Ilustrasi/ Istimewa

Emosi yang tidak stabil dapat membuat bias dalam melihat suatu masalah, berfokus hanya pada satu sisi, atau terdorong untuk bertindak impulsif. Misalnya, kemarahan dapat mendorong untuk mengucapkan kata-kata yang menyakitkan, sedangkan kesedihan bisa membuat pesimistis dan tidak realistis. Dengan menenangkan diri, bisa mengendalikan dorongan emosional ini dan membuat pilihan yang lebih seimbang.

Keputusan yang dibuat secara emosional cenderung berfokus pada penyelesaian masalah sesaat, tanpa mempertimbangkan dampaknya di masa depan. Dalam keadaan tenang, mampu melihat gambaran yang lebih besar dan memperkirakan konsekuensi dari setiap pilihan yang ada. Ini membantu membuat keputusan yang lebih sesuai dengan tujuan jangka panjang.

Ia juga minta para pimpinan untuk meninggalkan praktik-praktik yang bersifat subjektif dalam pengambilan keputusan.

Menag Nasaruddin Umat menekankan pentingnya membersihkan primordialisme dan keberpihakan, terutama dalam hal mutasi, rotasi, dan pelantikan pejabat.

"Untuk pemberhentian atau penghukuman pegawai jangan seenaknya, jangan didramatisasi dengan subjektivitas, hukuman sewajarnya, bukan semaunya," ujar Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut.

Setelah hukuman dijatuhkan, Menag berpesan agar tidak ada pegawai kompeten yang disia-siakan. Nasaruddin menekankan pentingnya meninjau kembali kompetensi dan latar belakang pegawai tersebut.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here