CARAPANDANG - Harga minyak turun sekitar satu persen pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena kekhawatiran permintaan yang berasal dari peningkatan stok bensin AS dan lemahnya data manufaktur secara global melebihi optimisme seputar penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober merosot 82 sen atau 0,98 persen, menjadi menetap pada 83,21 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober tergelincir 75 sen atau 0,90 persen menjadi ditutup pada 78,89 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Stok bensin AS naik 1,5 juta barel pada pekan lalu, dibandingkan perkiraan para analis yang memprediksi penurunan sebanyak 888.000 barel.
Sementara itu, persediaan minyak mentah AS turun 6,1 juta barel dalam sepekan hingga 18 Agustus, menurut Badan Informasi Energi (EIA), dibantu oleh aktivitas penyulingan yang kuat dan tingkat ekspor yang tinggi. Para analis memperkirakan penurunan sebesar 2,8 juta barel.
“Data EIA beragam,” kata John Kilduff, partner di Again Capital.
Meskipun kilang-kilang terus beroperasi dengan kecepatan tinggi dan menghabiskan persediaan minyak, permintaan bahan bakar belum terlalu kuat karena kondisi ekonomi yang sulit, Kilduff menambahkan.