Kepala Staf Kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak, mengatakan serangan itu menunjukkan bahwa Kyiv membutuhkan izin untuk menyerang "jauh ke wilayah Rusia dengan senjata Barat".
Sejak menginvasi pada Februari 2022, Rusia telah meluncurkan serangan pesawat nirawak dan rudal skala besar berulang kali ke Ukraina. Ini termasuk serangan balasan terhadap fasilitas energi.
Kementerian Pertahanan Rusia mengkonfirmasi bahwa mereka menyerang fasilitas energi. Mereka mengklaim situs energi Ukraina banyak digunakan untuk membantu kompleks produksi militer.
Amerika Serikat (AS) dan Inggris sama-sama mengutuk serangan itu. Presiden AS Joe Biden menyebutnya "keterlaluan" dan Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy menyebutnya "pengecut".
Kementerian Luar Negeri Jerman mengatakan bahwa "sekali lagi, Rusia-nya Putin (Presiden Rusia) membanjiri jalur kehidupan Ukraina dengan rudal".
Nyasar ke Negara NATO
Polandia, anggota NATO, mengatakan wilayah udaranya dilanggar selama serangan Rusia ke Ukraina. Warsawa memperkirakan pelanggaran itu mungkin disebabkan oleh sebuah pesawat tanpa awak.
"Kami mungkin berhadapan dengan masuknya sebuah objek ke wilayah Polandia. Objek itu dikonfirmasi oleh sedikitnya tiga stasiun radiolokasi," kata komandan operasional Angkatan Bersenjata Polandia. Jenderal Maciej Klisz,
Juru bicara komando Angkatan Darat Jacek Goryszewski mengatakan "sangat mungkin itu adalah pesawat tanpa awak tipe Shahed" rancangan Iran, yang digunakan oleh militer Rusia.