Gangguan itu tidak hanya terjadi di perbatasan Israel. Menurut surat kabar Israel Haaretz, gangguan GPS memengaruhi sejumlah wilayah di Suriah, Yordania, Lebanon, dan bahkan Siprus. Otoritas penerbangan Eropa telah mengeluarkan peringatan terkait potensi risiko tersebut kepada para pilot dan pengawas lalu lintas udara.
Kekacauan itu dapat mendatangkan bahaya yang nyata bagi masyarakat. Sebuah studi bersama yang dilakukan oleh Universitas Columbia Amerika Serikat dan sebuah pusat penelitian Israel mengungkap bahwa tingkat gangguan stres pascatrauma, kecemasan, dan depresi di kalangan warga Israel meningkat hampir dua kali lipat sejak dimulainya konflik.
Kisah Aaron membuktikan bahwa data statistik itu benar adanya. Menjalani wajib militer pada Oktober 2023, dia menghabiskan waktu selama tiga bulan bersama unit pencarian dan penyelamatan, menyisir reruntuhan untuk mencari penyintas. "Hampir setiap hari, saya menggendong orang-orang keluar dari rumah yang hancur," ujar Aaron kepada saya. "Terkadang mereka masih hidup. Kadang-kadang mereka telah tiada. Bahkan saat ini, saya terkadang masih terbangun dari mimpi buruk, bercucuran keringat, dan mendengar jeritan. Saya tidak tahu lagi bagaimana menjalani kehidupan normal."