Situasi kemanusiaan di Gaza masih mengkhawatirkan. Para pengungsi internal menghadapi kekurangan makanan, air, tempat perlindungan, dan obat-obatan yang parah. Penyebaran penyakit menular meningkat di tengah kondisi yang tidak sehat. Lebih dari 2 juta warga menghadapi kerawanan pangan yang ekstrem, dengan wanita dan anak-anak sebagai kelompok yang paling berisiko. Keputusasaan dan kelangkaan ini menyebabkan kehancuran hukum dan ketertiban yang nyaris menyeluruh, kata Wennesland.
Sejumlah layanan esensial terdampak parah oleh pertempuran tersebut. Sebanyak 84 persen fasilitas kesehatan dan pendidikan mengalami kerusakan atau hancur. Lebih dari 62 persen jalanan dan saluran listrik tidak dapat digunakan, paparnya.
Wennesland menegaskan kembali seruannya dalam membuka titik akses tambahan ke Gaza utara guna meningkatkan aliran bantuan, mengurangi kepadatan di Gaza selatan dan meringankan sebagian tekanan yang dihadapi oleh warga dan staf yang berupaya menyalurkan bantuan.
Dia juga menyatakan kekhawatirannya perihal situasi yang rawan di Tepi Barat.
"Saya khawatir jika kekerasan di Gaza tidak berakhir, dan ketegangan dan pembatasan tetap tinggi di Tepi Barat, termasuk di Situs-Situs Suci di Yerusalem Timur, maka bulan suci Ramadan berpotensi menjadi situasi yang dapat memicu gejolak lainnya alih-alih momen untuk introspeksi dan memulihkan diri," seperti diperingatkan Wennesland.