Tuduhan bahwa Netanyahu menunda kesepakatan untuk menghindari kejatuhan pemerintah koalisinya makin kuat. Netanyahu dinilai menganggap tetap berada di jabatannya sebagai cara terbaik untuk menghindari proses hukum terkait kasus penipuan, suap, dan pelanggaran kepercayaan yang diajukan terhadapnya pada 2019, meskipun dia membantah melakukan kesalahan.
Setelah Netanyahu pertama kali menyebut rencana Hamas ini, laporan serupa yang diduga berdasarkan materi yang dimanipulasi muncul di media Inggris, The Jewish Chronicle, dan tabloid Jerman, Bild, yang kemudian diangkat oleh media Israel.
Mengkhawatirkan dampak publikasi tersebut pada upaya intelijen di Gaza, IDF meluncurkan penyelidikan, menyatakan bahwa mereka "tidak menyadari adanya dokumen seperti itu." The Jewish Chronicle kemudian menarik laporan tersebut dan memecat jurnalis yang menulisnya.
Kantor Netanyahu mengatakan pada Jumat bahwa tidak ada pekerja yang diinterogasi atau ditahan terkait kasus ini, namun tidak menyangkal bahwa kebocoran itu mungkin berasal dari kantornya. Informasi penangkapan ini memicu kemarahan dari pihak oposisi di Israel.
Pemimpin oposisi, Yair Lapid, menulis di X: "Kami memiliki musuh tangguh di luar negeri, namun bahaya dari dalam dan di pusat pengambilan keputusan paling sensitif mengguncang kepercayaan warga Israel dalam penanganan perang ini dan dalam menangani isu keamanan yang paling sensitif."