Di Ibu Kota Khartoum, kata dia, tercatat 61 persen fasilitas kesehatan tutup dan hanya 16 persen yang bisa beroperasi normal. Dia menyebut banyak pasien penderita penyakit kronis seperti ginjal, diabetes, dan kanker tidak bisa mengakses fasilitas kesehatan atau mendapatkan obat yang mereka butuhkan.
Selain itu, diperkirakan 24.000 perempuan akan melahirkan dalam beberapa pekan ke depan tanpa akses ke layanan ibu hamil dan melahirkan. Tedros pun mengungkapkan bahwa 50.000 anak sangat berisiko karena program gizi ditangguhkan.
Pemadaman listrik membuat beberapa stok darah yang tersisa di Bank Darah Pusat terancam tidak dapat digunakan. WHO mencatat delapan kematian akibat 16 serangan terhadap sektor kesehatan di Sudan.
Saat menyampaikan keprihatinannya atas laboratorium kesehatan masyarakat yang diduduki oleh salah satu pihak dalam konflik di Sudan, Tedros memperingatkan bahwa mereka yang menguasai laboratorium tersebut bisa secara tidak sengaja terpapar patogen yang tersimpan di dalamnya.
Sementara tentang staf WHO di Sudan, dia mengatakan bahwa mereka telah dipindahkan ke lokasi yang aman, tetapi badan kesehatan PBB itu berencana melanjutkan operasinya sebaik mungkin.
Sedikitnya 459 korban tewas dan 4.072 terluka akibat konflik bersenjata selama berminggu-minggu di Khartoum, kata perwakilan WHO dari Sudan pada Selasa (25/4). Konflik tersebut dipicu ketidaksepakatan antara militer dan kelompok paramiliter atas reformasi keamanan militer Sudan.