Kim menyampaikan seruan tersebut saat mengunjungi pangkalan rudal strategis Korea Utara, ditemani sejumlah pejabat senior, termasuk saudara perempuannya, Kim Yo Jong, menurut Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).
Presiden Rusia Vladimir Putin baru-baru ini mengusulkan aturan baru terkait penggunaan senjata nuklir, dengan alasan adanya ancaman baru dari Barat. Banyak pihak melihat langkah ini sebagai pesan yang ditujukan kepada Amerika Serikat (AS) dan sekutunya mengenai "garis merah" dalam perang proksi di Ukraina.
Posisi Indonesia sudah jelas, yakni berkomitmen menciptakan dunia bebas senjata nuklir, dan semakin jelas setelah Retno menyerahkan instrumen ratifikasi Traktat Pelarangan Senjata Nuklir kepada Sekretariat Jenderal PBB, Selasa (24/9) lalu.
Kandidat presiden dari Partai Republik, Donald Trump, mengatakan bahwa ia akan berusaha membuat kesepakatan nuklir dengan Iran jika terpilih kembali pada November mendatang.
Putin mengatakan kepada dewan keamanannya bahwa ia perlu mengoreksi doktrin nuklir Kremlin untuk mengizinkan serangan nuklir balasan jika terjadi serangan rudal konvensional terhadap Rusia.
Untuk pertama kalinya, Korea Utara memperlihatkan gambar mesin sentrifugal yang digunakan untuk menghasilkan bahan bakar bom nuklir saat pemimpinnya, Kim Jong Un, mengunjungi fasilitas pengayaan uranium pada Jumat, 13 September 2024.
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, berjanji untuk meningkatkan kemampuan senjata nuklirnya secara eksponensial dan mempersiapkan pasukannya untuk berperang.
Dua peneliti Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa mereka telah mengidentifikasi lokasi potensial di Rusia untuk penempatan rudal jelajah bertenaga nuklir baru, 9M370 Burevestnik, yang dipromosikan oleh Presiden Vladimir Putin sebagai senjata yang "tak terkalahkan" di tengah ancaman Perang Dunia 3 yang kian dekat.
Rafael Grossi, Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA), berpidato dalam sebuah pertemuan khusus Dewan Gubernur IAEA di Wina, Austria, pada 11 April 2024. (Xinhua/IAEA)
Korea Utara mengungkapkan keinginannya untuk memulai kembali pembicaraan mengenai nuklir dengan Amerika Serikat jika Donald Trump menang pada pemilu November mendatang.
Latihan ini merupakan respons terhadap tindakan eskalasi yang terus dilakukan oleh Barat dan NATO yang makin mendekati perbatasan Rusia, sehingga mendorong Rusia untuk menjaga kesiapan tempur. Tahap-tahap sebelumnya telah dilakukan bersama Angkatan Bersenjata Belarusia.