Editorial tersebut memperingatkan bahwa setelah 11 bulan konflik antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza, ketegangan kini meningkat di Lebanon, meningkatkan risiko dan menciptakan "bahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya" untuk kawasan tersebut.
Mohammad Nader al-Omari, seorang analis dan pakar hubungan internasional yang berbasis di Damaskus, meyakini eskalasi ini dapat terus berlanjut hingga berhari-hari atau berpekan-pekan, terutama karena motivasi politik di balik konflik ini.
"Dengan semakin dekatnya pemilihan umum di Amerika Serikat (AS), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memiliki kepentingan untuk menjaga kawasan ini tetap tidak stabil," jelas al-Omari, seraya menambahkan bahwa konflik ini dapat meningkatkan dukungan bagi Donald Trump, calon pilihan Netanyahu pada pemilihan presiden AS mendatang.
Editorial Tishreen juga mengaitkan perkembangan ini dengan manuver politik AS baru-baru ini di kawasan tersebut, termasuk kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, yang dianggap memberikan dukungan secara rahasia terhadap tindakan Israel.
Al-Omari memperingatkan fase baru konflik ini bisa jadi belum pernah terjadi sebelumnya di Timur Tengah, dengan teknologi canggih dan serangan siber kini memainkan peran kunci. Dia menyebut bahwa Israel, yang diperkuat oleh dukungan politik AS, berisiko membuat krisis ini menjadi konfrontasi yang berkepanjangan dan mungkin lebih luas.