Namun, al-Omari menilai bahwa invasi darat ke Lebanon selatan saat ini tampaknya tidak mungkin terjadi mengingat sumber daya militer Israel yang semakin menipis di tengah operasi militer yang sedang berlangsung di Gaza.
Menurut Tishreen, Hizbullah merespons dengan hati-hati karena kelompok tersebut tidak ingin terpancing melakukan konfrontasi yang gegabah di tengah taktik-taktik Israel yang nonkonvensional.
Surat kabar itu berpendapat bahwa Israel berusaha "memancing perlawanan menjadi respons yang tidak terukur," tetapi Hizbullah tetap terukur dalam tindakannya meskipun ada provokasi keras.
Maher Ihsan, seorang pakar politik yang berbasis di Damaskus, memperingatkan bahwa Suriah, yang merupakan rumah bagi kehadiran Hizbullah yang signifikan, dapat terseret ke dalam konflik jika Israel meningkatkan serangannya ke kubu-kubu Hizbullah dan jalur-jalur suplai.
"Suriah tetap penting bagi strategi regional Hizbullah," kata al-Ihsan. "Jika Israel mengintensifkan serangannya di Lebanon selatan, destabilisasi lebih lanjut mungkin akan terjadi di kawasan ini, yang akan menyeret Suriah lebih dalam ke dalam konflik," imbuhnya.
Sebuah pesawat pemadam kebakaran memadamkan api yang disebabkan oleh serangan roket dari Lebanon, di dekat perbatasan utara Israel dengan Lebanon, pada 20 September 2024. (Xinhua/JINI/David Cohen)