Menanggapi hal itu, Israel Katz, menteri pertahanan Israel, pada Senin mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pengumuman Hamas merupakan "pelanggaran total terhadap gencatan senjata Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera."
Katz menuturkan bahwa dirinya telah memerintahkan IDF untuk "bersiap pada level kesiapan tertinggi untuk segala skenario yang mungkin terjadi di Gaza dan untuk mempertahankan komunitas-komunitas di dekat wilayah kantong tersebut."
Pada 4 Februari, Trump mengumumkan sebuah rencana yang kontroversial untuk mengambil alih Jalur Gaza dan merelokasi warga Palestina dari wilayah kantong tersebut dalam sebuah konferensi pers gabungan bersama Netanyahu di Washington.
Dua hari kemudian, Netanyahu menyampaikan dalam sebuah sesi wawancara bahwa "(Arab) Saudi dapat membentuk negara Palestina di Arab Saudi. Mereka memiliki banyak lahan di sana."
Banyak negara Arab dan Muslim telah menyuarakan penolakan terhadap gagasan untuk mengusir warga Gaza dari tanah kelahiran mereka.
Gencatan senjata itu, yang mulai berlaku pada 19 Januari usai perang berjalan selama 15 bulan, disusun dalam tiga fase yang berlaku selama enam pekan. Sebanyak 33 sandera Israel dan sekitar 2.000 tawanan Palestina diperkirakan akan dibebaskan selama fase pertama.
Hingga saat ini, sebanyak 21 sandera, yang terdiri dari 16 warga Israel dan lima warga Thailand, telah dibebaskan sebagai ganti untuk ratusan tahanan Palestina.