CARAPANDANG.COM, GAZA -- Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza kian memburuk di saat blokade Israel menginjak bulan ketiga berturut-turut, yang secara signifikan membatasi masuknya makanan, air, dan pasokan-pasokan penting ke daerah kantong pesisir tersebut, rumah bagi lebih dari 2 juta warga Palestina.
Antrean panjang di luar dapur-dapur amal dan pusat-pusat distribusi makanan menjadi pemandangan yang kerap ditemui di seluruh Gaza. Di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, ratusan warga menunggu selama berjam-jam dengan harapan mendapatkan satu porsi makanan.
"Situasinya sangat sulit. Tidak ada cukup makanan atau air bersih," kata Umm Rami, seorang ibu dari empat anak, ketika sedang menunggu di luar sebuah pusat distribusi.
Dapur-dapur amal, yang kerap menjadi satu-satunya sumber makanan bagi para pengungsi, saat ini mengalami kesulitan untuk dapat terus beroperasi di tengah menipisnya pasokan. Sebagian besar makanan yang tersedia bersumber dari bantuan kemanusiaan atau sumbangan lokal yang terbatas, yang keduanya menurun drastis akibat penutupan perbatasan yang berkepanjangan.
"Jika perbatasan terus ditutup, kemungkinan kami terpaksa berhenti beroperasi dalam beberapa hari ke depan," kata Abdullah Skaik, pengawas sebuah dapur amal di permukiman al-Amal di Khan Younis, kepada Xinhua. "Sebelumnya, kami bisa mendapatkan beras, kacang lentil, dan tepung yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sekarang, kami mengandalkan stok sisa yang sudah hampir habis."