Sejak junta merebut kekuasaan dua tahun lalu, Myanmar terjerumus dalam kekacauan, dengan kemunculan gerakan perlawanan terhadap militer di berbagai front, setelah penumpasan berdarah yang dilakukan junta terhadap lawan-lawannya yang memicu negara-negara Barat kembali menjatuhkan sanksi.
Seorang juru bicara junta tidak dapat dihubungi untuk diminta komentar mengenai temuan yang dibuat tim penyelidik PBB ini.
Junta sebelumnya membantah telah terjadi kekejaman, dengan dalih tengah melancarkan operasi yang sah melawan teroris.
Meskipun menjustifikasi pemboman sebagai serangan terhadap sasaran militer, tim penyelidik PBB menyebut militer Myanmar "semestinya mengetahui atau memang sebenarnya tahu" bahwa ada warga sipil dalam jumlah besar di atau sekitar sasaran-sasaran terduga ketika serangan itu terjadi.