CARAPANDANG - Para ilmuwan di Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa pola tidur yang sehat dapat melindungi diri dari asma, bahkan jika seseorang memiliki faktor genetik yang rentan terhadap kondisi pernapasan. Asma adalah kondisi peradangan kronis yang menyumbat saluran udara ke paru-paru, menyebabkan sesak napas, batuk, dan nyeri di dada.
Kondisi pernapasan mempengaruhi lebih dari 4,8 juta anak di bawah usia 18 tahun dan 21 juta orang dewasa di Amerika Serikat, seperti diberitakan Medical Daily, Rabu (5/4).
Faktor paling umum yang menyebabkan asma adalah riwayat keluarga, meskipun faktor lain seperti infeksi saluran pernapasan masa kanak-kanak, kondisi alergi, atau paparan bahan kimia tertentu dapat memicu kondisi tersebut. Kerentanan genetik membuat seseorang tiga hingga enam kali lebih mungkin terkena asma daripada seseorang yang tidak memiliki orang tua penderita asma.
Banyak penderita asma sering melaporkan kesulitan tidur dan menderita gangguan tidur seperti mendengkur, insomnia, dan sleep apnea (henti napas sementara saat tidur). Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa sekitar 37 persen penderita asma berat mengalami insomnia dan 27 persen penderita asma sedang hingga berat mengalami apnea tidur. Studi terbaru yang diadakan di Inggris Raya mengevaluasi apakah kualitas tidur seseorang ada hubungannya dengan risiko asma.