CARAPANDANG.COM- Analis Bank Woori Saudara Rully Nova menilai, pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi pemberlakuan tarif impor tambahan sebesar 50 persen dari Amerika Serikat (AS) terhadap barang-barang dari China.
“Pengenaan tarif 100 persen lebih (secara total 104 persen) terhadap China akan memukul nilai tukar emerging market, termasuk rupiah,” ungkapnya kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.
Ancaman tarif tambahan dari AS ini dilakukan setelah Negeri Tirai Bambu memberlakukan tarif timbal balik sebesar 34 persen terhadap AS.
Presiden AS Donald Trump telah mengancam China apabila tak membatalkan kenaikan tarif sebesar 34 persen pada Selasa (8/4), maka AS mengenakan tarif tambahan sebesar 50 persen pada negara tersebut pada hari ini. Selain itu, semua pembicaraan dengan China terkait permintaan pertemuan mereka dengan AS akan dihentikan.
Pemberlakuan tarif 34 persen dari China per 10 April nanti merupakan respons dari tarif timbal balik AS terhadap Beijing yang memberikan tarif sebesar 34 persen juga.
Secara keseluruhan, tarif pemerintah AS terhadap barang impor dari China mencapai 104 persen yang terdiri dari bea tambahan impor sebesar 20 persen, tarif resiprokal 34 persen, dan tarif tambahan pada hari ini sebesar 50 persen.
Adapun China pada Februari hingga Maret sudah mengumumkan tarif 15 persen untuk impor batu bara dan produk gas alam cair dari AS. Ada pula tarif 10 persen untuk minyak mentah, mesin pertanian, dan mobil bermesin besar.