Soya-soya biasa ditarikan secara berkelompok. Tidak ada ketentuan pasti untuk jumlah penari, namun yang pasti tarian ini harus dibawakan 3 orang atau lebih dengan jumlah ganjil. Jumlah ganjil sebenarnya adalah sebuah simbol dari pasukan yang berjumlah genap ditambah dengan seorang komandan atau Kapitan yang memimpin misi penjemputan jenazah ini. Walaupun tidak ada ketentuan jumlah, namun tarian Soya-Soya akan lebih menarik ketika dibawakan dalam kelompok besar karena atmosfir pasukan yang siap berperang akan sangat terasa.
Berbeda dengan tarian asli Jawa yang banyak menggunakan gerakan tangan, Soya-Soya adalah tari enerjik yang mengandalkan gerakan kaki. Para penari Soya-Soya biasanya memiliki gerakan kaki yang sangat cepat dan penuh semangat. Hal ini menunjukkan semangat para pasukan Sultan Baabullah yang pantang menyerah ketika melawan kekuatan penjajah Portugis. Selain itu, perlengkapan perang lainnya seperti Pedang (ngana-ngana), bamboo berhiasakan daun palem (woka), dan perisai kayu (Salawaku) juga akan menambah nilai heroisme di dalam tarian ini. Biasanya, para penari yang harus berkelamin pria juga akan menunjukkan mimik wajah beringas serta bersemangat seolah benar-benar di dalam peperangan.