"Saya tidak bisa meninggalkan rumah sakit, terutama karena saya seorang dokter anak dan anak-anak membutuhkan perawatan khusus selama perang," tuturnya, mencerminkan tekad para tenaga medis di Gaza untuk melanjutkan pekerjaan mereka meskipun mengalami trauma pribadi dan tantangan profesional.
Perang tersebut, yang dimulai pada 7 Oktober usai serangan Hamas di Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang, menyebabkan lebih dari 46.000 warga Palestina tewas dan lebih dari 109.000 lainnya terluka, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. Sebagian besar korban dari perang tersebut adalah perempuan dan anak-anak.
Dokter Palestina, Khaled al-Saidani, terlihat di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa (Al-Aqsa Martyrs Hospital) di Kota Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah, pada 9 Januari 2025. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)
Bagi Al-Saidani, kembali bekerja tidak hanya sekadar memenuhi kewajibannya sebagai dokter, tetapi juga mengembalikan tujuan hidupnya. "Kembalinya saya ke rumah sakit membangkitkan semangat saya untuk tetap bertahan hidup, serta melanjutkan pekerjaan saya apa pun keadaannya," ungkapnya.