Zelenskiy kemudian mendesak negara-negara untuk merespons keras tindakan Korea Utara menjadi lebih terlibat dalam perang Rusia melawan Ukraina yang telah berlangsung lebih dari 2,5 tahun.
Putin mencatat bahwa Amerika Serikat telah menghancurkan Kuartet di Timur Tengah dengan sia-sia, karena lebih mudah untuk mengoordinasikan semua posisi.
Wakil kepala kantor militer-politik Kementerian Pertahanan Rusia, Mayjen Apti Alaudinov, pada Selasa (15/10) membantah informasi tentang adanya eksekusi terhadap serdadu Ukraina yang menyerah di Wilayah Kursk.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menuding Korea Utara telah mengirim personil militer dalam upayanya membantu Rusia dalam perang melawan negaranya.
Menteri Luar Negeri Hungaria Peter Szijjarto memperingatkan penerimaan Ukraina ke dalam blok yang dipimpin AS tersebut akan mengakibatkan Perang Dunia 3. Hal ini disampaikannya saat berbicara di Forum Gas Internasional St. Petersburg, Kamis (10/10/2024).
Dilansir AFP, serangan pada Rabu (9/10/2024) tersebut dilaporkan menghancurkan depot amunisi yang disuplai oleh Korea Utara kepada Rusia, termasuk sistem peluru kendali dan bom luncur. Militer Ukraina mengatakan bahwa serangan tersebut dilakukan dengan koordinasi unit drone untuk menciptakan kesulitan logistik bagi pasukan Rusia.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Jumat (4/10) mengadakan pertemuan di Moskow dengan penjabat Menteri Luar Negeri Afghanistan dari pemerintahan interim Taliban.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov mendesak Iran dan Israel untuk menahan diri, dan semua pihak yang terlibat dalam konflik di Timur Tengah untuk menyatakan gencatan senjata.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova pada Rabu (2/10) mengemukakan bahwa Sekretaris Jenderal baru NATO, Mark Rutte, sebagai seseorang "yang dijamin membenci Rusia".
Dalam video yang diunggah ke media sosial, terlihat tentara Rusia mengibarkan bendera dari atas bangunan bertingkat yang hancur akibat serangan bom, serta mengibarkan bendera lain di sebuah spire logam di atap.
Presiden Rusia Vladimir Putin baru-baru ini mengusulkan aturan baru terkait penggunaan senjata nuklir, dengan alasan adanya ancaman baru dari Barat. Banyak pihak melihat langkah ini sebagai pesan yang ditujukan kepada Amerika Serikat (AS) dan sekutunya mengenai "garis merah" dalam perang proksi di Ukraina.
Berpidato di hadapan Majelis Umum PBB di New York, Lavrov mengatakan "hukuman kolektif massal terhadap warga Palestina" oleh Israel "tidak dapat diterima."