Kelompok perjuangan Palestina Hamas mengonfirmasi bahwa pihaknya telah mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza dan memastikan penarikan pasukan Israel dari wilayah kantong Palestina tersebut.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyambut baik pernyataan yang dikeluarkan oleh Hamas yang menyatakan kesiapannya untuk membebaskan sandera dan berpartisipasi berdasarkan usulan yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Kepolisian Kerajaan Malaysia (PDRM) membantah klaim mantan analis keuangan teror di Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS), Jonathan Schanzer, yang menyatakan Malaysia merupakan pusat operasi Hamas.
Hamas mengatakan kepala otoritas Israel sekaligus sosok penjahat perang, Benjamin Netanyahu, sedang berupaya mendorong perang dan menempatkan kawasan ke ambang kehancuran untuk menggambar ulang peta Timur Tengah demi mengejar fantasi mitos terkait “Israel Raya.”
Israel mengakui telah merencanakan dan melaksanakan operasi untuk menyingkirkan pimpinan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, di Qatar, pada Selasa (9/9) dan menyatakan bertanggung jawab sepenuhnya atas aksi itu.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio menyatakan bahwa keputusan pihaknya menangguhkan pemberian visa kunjungan bagi warga Palestina di Gaza untuk berobat ke AS adalah dalam rangka evaluasi sistem secara keseluruhan.
Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, pada Jumat (18/7) mengatakan bahwa Hamas telah mengajukan kesepakatan komprehensif untuk membebaskan semua sandera Israel yang ditahan di Gaza
Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Minggu (13/7) menyerukan agar Hamas menyerahkan persenjataannya kepada Otoritas Palestina (Palestinian Authority/PA).
Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada Rabu (9/7) malam menyatakan setuju untuk membebaskan 10 warga Israel yang mereka sandera sebagai bagian dari upaya mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Gerakan perlawanan Palestina, Hamas, menyambut baik rancangan kesepakatan gencatan senjata terbaru dengan Israel dan menyatakan kesiapan untuk memulai lagi perundingan.
Pernyataan Netanyahu digambarkan oleh Hamas hanya sebagai manuver politik yang didorong oleh kemerosotan politik internal dan tekanan internasional yang meningkat.